CENDERAWASIH , THE BIRD OF PARADISE
Burung-burung Cenderawasih merupakan anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Mereka ditemukan di Indonesia timur, pulau-pulau selat Torres, Papua Nugini, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung cendrawasih mulai dari Cenderawasih Raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cendreawasih Paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cenderawasih Manukod Jambul-bergulung pada 430 gram.
Burung Cenderawasih yang paling terkenal adalah anggota genus Paradisaea, termasuk
spesies tipenya, Cenderawasih
kuning besar, Paradisaea apoda. Jenis ini dideskripsikan dari spesimen
yang dibawa ke Eropa dari ekpedisi dagang. Spesimen ini disiapkan oleh pedagang
pribumi dengan membuang sayap dan kakinya agar dapat dijadikan hiasan. Hal ini
tidak diketahui oleh para penjelajah dan menimbulkan kepercayaan bahwa burung
ini tidak pernah mendarat namun tetap berada di udara karena bulu-bulunya.
Inilah asal mula nama bird of paradise ('burung surga' oleh orang
Inggris) dan nama jenis apoda - yang berarti 'tak berkaki'.
Hingga saat ini telah berhasil ditemukan dan diidentifikasi
sebanyak 41 spesies Burung Cenderawasih dari sebanyak 13 Genus. Genus yang
paling terkenal adalah Paradisae yang
memiliki 7 (tujuh) spesies. Beberapa spesies Burung Cenderawasih dari genus Paradisae akan diuraikan di bawah.
Cendrawasih
Kuning-kecil atau dalam nama ilmiahnya Paradisaea minor adalah sejenis burung pengicau berukuran
sedang, dengan panjang sekitar 32cm, dari genus Paradisaea. Burung ini
berwarna kuning dan coklat, berparuh abu-abu kebiruan dan mempunyai iris mata
berwarna kuning. Burung jantan dewasa memiliki bulu di sekitar leher berwarna
hijau zamrud mengkilap,
pada bagian sisi perut terdapat bulu-bulu hiasan yang panjang berwarna dasar
kuning dan putih pada bagian luarnya. Di ekornya terdapat dua buah tali ekor
berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan,
memiliki kepala berwarna coklat tua, dada berwarna putih dan tanpa dihiasi
bulu-bulu hiasan.
Populasi Cenderawasih Kuning-kecil tersebar di hutan Papua dan Papua Nugini. Burung ini
juga ditemukan di pulau Misool, provinsi Papua Barat dan di pulau
Yapen, provinsi Papua.
Spesies ini mempunyai daerah sebaran yang luas dan sering
ditemukan di habitatnya. Cenderawasih Kuning-kecil dievaluasikan sebagai
Beresiko Rendah di dalam IUCN Red List dan
didaftarkan dalam CITES Appendix II.
Cenderawasih Kuning Kecil |
b. Cenderawasih Kuning Besar (Paradisaea apoda)
Cenderawasih
Kuning-besar, Paradisaea apoda, merupakan burung Cenderawasih berukuran
besar, sepanjang sekitar 43 cm, berwarna coklat marun dan bermahkota kuning.
Tenggorokannya berwarna hijau zamrud dan bantalan dadanya cokelat kehitaman.
Burung jantan dihiasi bulu-bulu panggul yang besar warna kuning dan punya
sepasang ekor kawat yang panjang. Burung betina berbulu cokelat marun tak
bergaris.
Burung Cenderawasih Kuning-besar ini burung terbesar dari genus Paradisaea. Ia tersebar
di hutan dataran rendah dan bukit di barat daya pulau Papua dan pulau Aru, Indonesia. Makanannya
terdiri dari buah-buahan, biji serta serangga kecil. Sejumlah kecil burung ini
diintroduksi oleh William Ingram tahun 1909-1912 di pulau Tobago
Kecil
di Karibia untuk
menyelamatkan burung ini dari kepunahan akibat perburuan untuk perdagangan
bulu. Populasi introduksi itu bertahan sampai sekitar tahun 1958 dan mungkin
sekarang telah punah.
Carolus Linnaeus memberinya
nama jenis Paradisaea apoda, yang berarti "cenderawasih tak
berkaki", karena pada awal perdagangannya ke Eropa, burung ini disiapkan tanpa kaki oleh orang pribumi; hal ini
menyebabkan salah paham bahwa burung ini adalah pengunjung dari surga yang melayang-layang di udara dan tak pernah menyentuh tanah
sampai mati.
Karena umum ditemukan di rentang habitatnya, burung Cenderawasih
Kuning-besar dievaluasi berisiko rendah di IUCN Red List tentang
jenis terancam. Burung ini juga terdaftar pada CITES Appendix II.
c. Cenderawasih Merah (Paradisaea
rubra)
Cenderawasih Merah atau dalam nama
ilmiahnya Paradisaea rubra adalah sejenis burung pengicau berukuran sedang,
dengan panjang sekitar 33 cm, dari marga Paradisaea. Burung ini berwarna
kuning dan coklat, dan berparuh kuning. Burung jantan dewasa berukuran sekitar
72 cm yang termasuk bulu-bulu hiasan berwarna merah darah dengan ujung berwarna
putih pada bagian sisi perutnya, bulu muka berwarna hijau zamrud gelap dan diekornya terdapat dua buah tali yang panjang berbentuk pilin
ganda berwarna hitam. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan,
dengan muka berwarna coklat tua dan tidak punya bulu-bulu hiasan.
Endemik Indonesia, Cenderawasih Merah
hanya ditemukan di hutan dataran rendah pada pulau Waigeo dan Batanta di
kabupaten Raja Ampat, provinsi Papua Barat. Cenderawasih
Merah adalah poligami spesies. Burung
jantan memikat pasangan dengan ritual tarian yang memamerkan bulu-bulu
hiasannya. Setelah kopulasi, burung jantan meninggalkan betina dan mulai
mencari pasangan yang lain. Burung betina menetaskan dan mengasuh anak burung
sendiri. Pakan burung Cenderawasih Merah terdiri dari buah-buahan dan aneka serangga.
Berdasarkan
dari hilangnya habitat hutan yang terus berlanjut, serta populasi dan daerah
dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Cenderawasih Merah dievaluasikan
sebagai beresiko hampir terancam di dalam IUCN Red List. Burung ini
didaftarkan dalam CITES Appendix II.
Klasifikasi
Ilmiah
Kerajaan : Animalia ; Filum : Chordata ; Kelas : Aves ; Ordo : Passiformes ; Famili : Paradiseaeidae ; Genus : Paradisaea (dan 12 genus
lainnya) ; Spesies : 1. Paradisaea minor , 2. Paradisaea apoda, dan 3. Paradisaea rubra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar