Say NO to Valentine’s Day !!!
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu
mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah
petunjuk (yang benar)”. Dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka
setelah pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung
dan penolong bagimu”. (QS. Al-Baqarah [2] : 120).
Islam
adalah agama yang lengkap, yang bukan hanya sekedar agama. Lebih dari itu,
Islam adalah sistem nilai sekaligus sistem hidup. Bagi sebagian orang, Islam
adalah pembebas, Islam adalah penyelamat. Akan tetapi bagi kebanyakan orang
yang telah aman dan mapan dengan sistem yang telah dianutnya, Islam adalah
ancaman. Bukan hal yang luar biasa jika begitu banyak sikap antipati terhadap
Islam. Sejak Islam lahir pun sudah begitu. Berbagai cara digunakan untuk
menghancurkanya. Melalui cara terang-terangan atau dengan cara diam-diam.
Upaya
paling efektif dan tidak perlu mengeluarkan banyak tenaga untuk menghancurkan
Islam salah satunya adalah dengan mengaburkan ajaran Islam. Samuel Zwemer dalam konferensi al Quds untuk para pastur pada tahun 1935 mengatakan:
“Sebenarnya tugas kalian bukan mengeluarkan orang-orang Islam dari
agamanya menjadi pemeluk agama kalian. Akan tetapi menjauhkan mereka dari
agamanya (Al-Qur’an dan Sunnah)”.
Salah
satu momen yang sering digunakan untuk menjauhkan umat Islam dari agamanya
adalah Valentine Day.
Sejarah Valentine Day
Valentine’s Day jatuh pada
tanggal 14 Februari. Valentine’s Day seakan-akan menjadi perayaan universal
bagi seluruh umat manusia, tidak peduli latar belakang agamnya. Apakah ia
beragama Islam, Kristen, Hindu, Budha, dll. Valentine day tak ubahnya hari
maksiat sedunia. Kasih sayang yang ditawarkan tak ubahnya seperti racun yang
dipolesi dengan manis oleh madu. Membunuh secara perlahan, dan kita terkadang
tidak merasakannya.
Terdapat beberapa versi sejarah
dari valentine’s day itu sendiri, yaitu :
The World Book Encyclopedia (1998)
melukiskan banyaknya versi mengenai Valentine’s Day :
Some trace it to
an ancient Roman festival called
Lupercalia. Other experts connect the event with one or more saints of
the early Christian church. Still others link it with an old English belief
that birds choose their mates on February 14. Valentine’s Day probably came
from a combination of all three of those sources–plus the belief that spring is
a time for lovers?
Menurut
enksiklopedia tersebut, beberapa sumber sejarah menyebutkan perayaan valentine
day berasal dari perayaan Lupercalia yang merupakan rangkaian upacara pensucian
di masa Romawi Kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk
dewi cinta (queen of feverish love), Juno Februata. Pada hari ini, para
pemuda mengundi nama nama gadis di dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil
nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama
setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan. Pada 15 Februari, mereka meminta
perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum
muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut
karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.
Ketika agama
Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya
dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama-nama gadis dengan nama-nama
Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Constantine dan Paus
Gregory I (lihat: The Encyclopedia Britannica, sub judul:
Christianity). Agar lebih mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M
Paus Glasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja
dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St.Valentine yang kebetulan
mati pada 14 Februari (lihat: The World Book Encyclopedia 1998).
The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St.
Valentine menuliskan ada 3 (tiga) orang bernama Valentine yang mati pada 14
Februari, seorang di antaranya dilukiskan sebagai yang mati pada masa Romawi.
Namun demikian, tidak pernah ada penjelasan siapa St. Valentine itu, demikian
pula dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap
sumber mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut versi
pertama, Kaisar Claudius II memerintahkan menangkap dan
memenjarakan St. Valentine karena menyatakan tuhannya adalah Isa al-Masih dan
menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa
St.Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi kedua menceritakan bahwa Kaisar Claudius II menganggap tentara
muda bujangan lebih tabah dan kuat dalam medan peperangan dari pada yang telah
menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah, namun St.Valentine
melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga ia pun ditangkap
dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat: The World Book
Encyclopedia, 1998).
Kebiasaan mengirim
kartu Valentine itu sendiri tidak ada kaitan langsung dengan St. Valentine.
Pada 1415 M ketika the Duke of Orleans dipenjara di Tower of London,
pada perayaan hari gereja mengenang St.Valentine 14 Februari, ia mengirim puisi
kepada istrinya di Prancis. Kemudian Geoffrey Chaucer, penyair Inggris
mengkaitkannya dengan musim kawin burung dalam puisinya (lihat: The
Encyclopedia Britannica, Vol.12 hal.242 , The World Book Encyclopedia,
1998).
Lalu bagaimana
dengan ucapan Be My Valentine ? Ken Sweiger dalam artikel Should Biblical
Christians Observe It ? (www.korrnet.org) mengatakan, kata Valentine
berasal dari bahasa Latin yang berarti: Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan
Yang Maha Kuasa. Kata ini ditujukan kepada Nimrod
dan Lupercus, Tuhan orang Romawi.
Maka disadari atau tidak – tulis Ken Sweiger – jika kita meminta orang menjadi “be my Valentine”, hal itu berarti melakukan perbuatan yang
dimurkai Tuhan (karena memintanya menjadi Sang Maha Kuasa) dan menghidupkan
budaya pemujaan kepada berhala. Dalam Islam hal ini tentu termasuk perbuatan
dosa tak berampun, yaitu Syirik,
artinya menyekutukan Allah. Adapun Cupid
(berarti: the desire), yang dilambangkan sebagai “si bayi bersayap
dengan panah”, adalah putra Nimrod, the hunter (dewa Matahari). Disebut
tuhan Cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina
dengan ibunya sendiri !!! (Naudzubillahi
min dzaliik)
Menyikapi
Valentine’s Day
Sejarah
Valentine di atas menjelaskan kepada kita apa dan bagaimana valentine’s day
itu, yang tidak lain
bersumber dari paganisme orang musyrik, penyembahan berhala dan penghormatan
pada pastor. Bahkan tak ada kaitannya dengan kasih sayang. Lalu kenapa kita
masih juga menyambut hari valentine ? Adakah ia merupakan hari yang istimewa ?
Adat kebiasaan ? Atau hanya ikut-ikutan semata tanpa tahu asal muasalnya ? Bila
demikian, sangat disayangkan banyak teman-teman kita - remaja putra-putri
muslim – yang terkena penyakit ikut-ikutan mengekor budaya Barat dan acara
ritual agama lain. Padahal Allah SWT berfirman:
Dan janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran,
penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawabnya ? (QS. Al-Isra’
[17]: 36).
Valentine
adalah kegiatan ritual yang bukan berasal dari Islam. Dalam pemahaman Islam,
kegiatan ritual yang bukan berdasarkan syariat Islam dan tidak dicontohkan
Rasulullah SAW seperti halnya Natal, Tahun baru Masehi, Imlek dan sebagainya
maka harus kita sikapi seperti Rasulullah mensikapi tawaran kaum Quraisy untuk
sama-sama melaksanakan ibadah secara Islam dan ibadah jahiliah secara
bergantian. Tawaran tersebut dijawab oleh Allah dengan firmannya :
"Untukmulah
agamamu dan untukkulah agamaku". (QS. Al Kaafirun: 6)
Dalam
masalah aqidah dan ibadah, Islam
mengajarkan kita untuk bersikap tegas. Dengan begitu
kemuliaan Islam dan umatnya akan terjaga. Dinul Islam sarat dengan nilai kasih
sayang. Bahkan tegaknya Dinul Islam atas dasar kasih sayang. Coba simak firman
Allah SWT berikut:
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang
yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi
berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari
karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka
dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat
mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas
itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di
atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar." (QS.
Al-Fath:29)
Sejalan
dengan itu Rasulullah juga pernah menyampaikan:
"Belum
sempurna iman seseorang hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai
dirinya sendiri"
Kasih
sayang dalam Islam bersifat Universal. Ia tidak dibatasi oleh ruang dan waktu,
ia juga tidak dibatasi oleh objek dan motif. Kasih sayang diwujudkan dalam
bentuk yang nyata seperti silaturahmi, menjenguk yang sakit, meringankan beban
tetangga yang sedang ditinpa musibah, mendamaikan orang yang berselisih,
mengajak kepada kebenaran (amar ma'ruf) dan mencegah dari perbuatan munkar.
Ikut-ikutan dengan
orang-orang yang merayakan valentine day berarti turut menghancurkan
kepribadian diri sendir dan kepribadian
muslim. Karena itu jauhilah kebiasaan jahiliyah, yang dapat merusak kepribadian
kita, merusak keIslaman kita. Jika generasi muda muslim telah rusak, maka Islam
ini akan mudah dihancurkan. Sebagai muslim kita harus memiliki karakter dan
kepribadian yang khas dan istimewa berdasarkan teladan Rasulullah SAW. Tanggung
jawab kita adalah menyerap, mengamalkan dan memeliharanya. Jadi, mengapa harus
mengambil kepribadian orang lain yang belum tentu baik, atau bahkan nyata
keburukannya?
Sudah saatnya pemuda Islam sadar dari keterpurukan dan
bangkit menyongsong masa depan yang lebih baik. Kalau tidak sekarang kapan
lagi, kalau bukan kita, lalu siapa lagi.
So ...... Say No to Valentine’s Day !!!!!