About Me

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Sabtu, Desember 31, 2011

Hidup Adalah Sebuah Pilihan

Alkisah, ada 2 buah bibit tanaman yang terhampar di sebuah ladang yang subur.
Bibit 1  : 
Aku ingin tumbuh besar, aku ingin menjejakkan akarku dalam-dalam di tanah ini, dan menjulangkan tunas-tunasku di atas kerasnya tanah ini. Aku ingin membentangkan semua tunasku, untuk menyampaikan salam musim semi. Aku ingin merasakan kehangatan matahari, dan kelembutan embun pagi di pucuk-pucuk daunku.  (Lalu , bibit itupun tumbuh makin menjulang).
Bibit 2  : 
Aku takut. Jika kutanamkan akarku ke dalam tanah ini, akau tak tahu apa yang akan kutemui  di bawah sana. Bukankah di sana sangat gelap ? Jika kuteroboskan tunasku ke atas, bukankah nanti keindahan tunas-tunasku akan hilang tersengat panasnya sinar matahari ? Tunasku ini pasti akan terkoyak , habis dimangsa oleh burung-burung yang hinggap.  Apa yang akan terjadi jika tunas-tunasku terbuka dan siput-siput coba memakannya ? Dan pasti, jika aku tumbuh dan merekah, semua anak kecil akan berusaha untuk memetik atau mencabutku dari tanah. Tidak …. Akan lebih baik jika aku menunggu sampai semuanya aman.
(Dan bibit itupun menunggu, dalam kesendirian. Hingga beberapa pekan kemudian, datang seekor ayam mengais tanah dimana bibit itu berada. Ia menemukan bibit itu dan …… mencaploknya segera !!!!)
Apa hikmah yang kita peroleh dari kisah ini ?
Dalam kehidupan yang kita jalani, selalu saja akan ada pilihan. Selalu saja ada lakon-lakon yang harus kita jalani. Namun, seringkali kita berada dalam pesimisme, kengerian, keragu-raguan, dan kebimbangan-kebimbangan yang kita ciptakan sendiri. Kita kerap terbuai dengan alasan-alasan yang membuat kita tak mau melangkah, tak mau menatap hidup , tak berani mengambil keputusan atas pilihan-pilihan yang ada.
Karena hidup ini adalah pilihan, pilihlah dengan bijak, hadapilah dengan gagah.

Rabu, Desember 28, 2011

Kuasai Kecerdasan Emosi Anda


"Siapapun bisa marah. Marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik, bukanlah hal mudah." -- Aristoteles, The Nicomachean Ethics.
 
Mampu menguasai emosi  ANDA ; seringkali orang menganggap remeh pada masalah ini.
Padahal, kecerdasan otak saja tidak cukup untuk menghantarkan seseorang bisa mencapai kesuksesan. Justru, pengendalian emosi yang baik menjadi faktor penting penentu kesuksesan hidup seseorang.
Kecerdasan emosi adalah sebuah gambaran mental dari seseorang yang cerdas dalam menganalisa, merencanakan dan menyelesaikan masalah, mulai dari yang ringan hingga kompleks. Dengan kecerdasan ini seseorang bisa memahami, mengenal, dan memilih kualitas mereka sebagai insan manusia.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi bisa memahami orang lain dengan baik dan membuat keputusan dengan bijak. Lebih dari itu, kecerdasan ini terkait erat dengan bagaimana seseorang dapat mengaplikasikan apa yang ia pelajari tentang kebahagiaan, mencintai dan berinteraksi dengan sesamanya.
Ia pun tahu tujuan hidupnya dan akan bertanggung jawab dalam segala hal yang terjadi dalam hidupnya, sebagai bukti tingginya kecerdasan emosi yang dimilikinya.
Kecerdasan emosi lebih terfokus pada pencapaian kesuksesan hidup yang tidak tampak. Kesuksesan bisa tercapai ketika seseorang bisa membuat kesepakatan dengan melibatkan emosi, perasaan dan interaksi dengan sesamanya.
Terbukti, pencapaian kesuksesan secara materi tidak menjamin kepuasan hati seseorang.
Tahun 1990, Kecerdasan Emosi (yang juga dikenal dengan sebutan "EQ"), dikenalkan melalui pasar dunia. Dinyatakan bahwa kemampuan seseorang untuk mengatasi dan menggunakan emosi secara tepat dalam setiap bentuk interaksi lebih dibutuhkan daripada kecerdasan otak (IQ) seseorang.
Sekarang, mari kita lihat bagaimana emosi bisa mengubah segala keterbatasan menjadi hal yang luar biasa; Seorang miliuner terkaya di Amerika Serikat, Donald Trump, adalah contoh dalam hal ini. Di tahun 1980 hingga 1990, Trump dikenal sebagai pengusaha real estate yang cukup sukses, dengan kekayaan pribadi yang diperkirakan sebesar satu miliar US dollar. WoW!
Dua buku berhasil ditulis pada puncak karirnya, yaitu The Art Of The Deal  dan Surviving At The Top. Namun jalan yang dilalui Trump tidak selalu mulus...
ANDA ingat depresi yang melanda dunia di akhir tahun 1990 ? Pada saat itu harga saham properti pun ikut anjlok dengan drastis. Hingga dalam waktu semalam, kehidupan Trump menjadi sangat berkebalikan.
Trump yang sangat tergantung pada bisnis propertinya ini harus menanggung hutang sebesar 900 juta US Dollar! Bahkan Bank Dunia sudah memprediksi kebangkrutannya. Beberapa temannya yang mengalami nasib serupa berpikir bahwa inilah akhir kehidupan mereka, hingga benar-benar mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri.
Di sini kecerdasan emosi Trump benar-benar diuji. Bagaimana tidak, saat ia mengharap simpati dari mantan istrinya, ia justru diminta memberikan semua hartanya yang tersisa sebagai ganti rugi perceraian mereka.
Orang-orang yang dianggap sebagai teman dekatnya pun pergi meninggalkannya begitu saja! Sungguh, alasan yang sangat mendukung bagi Trump untuk putus asa dan menyerah pada hidup. Namun itu tidak dilakukannya.
Trump justru memandang bahwa ini kesempatan untuk bekerja dan mengubah keadaan. Meski secara finansial ia telah kehilangan segalanya, namun ada ' intangible asset' yang tetap dimilikinya. Ya, Trump memiliki *pengalaman* dan pemahaman bisnis yang kuat, yang jauh lebih berharga dari semua hartanya yang pernah ada!
Apa yang terjadi selanjutnya?
Fantastis, enam bulan kemudian Trump berhasil membuat kesepakatan terbesar dalam sejarah bisnisnya. Tiga tahun berikutnya, Trump mampu mendapat keuntungan sebesar US$3 Milliar. Ia pun berhasil menulis kembali buku terbarunya yang diberi judul "The Art of The Comeback". :-)
Dalam bukunya ini Trump bercerita bagaimana kebangkrutan yang menimpanya justru menjadikannya lebih bijaksana, kuat dan fokus daripada sebelumnya. Bahkan ia berpikir, jika saja musibah itu tidak terjadi, maka ia tidak akan pernah tahu teman sejatinya dan tidak akan menjadikannya lebih kaya dari yang sebelumnya.
Luar biasa bukan?
Kecerdasan Emosi memberikan seseorang keteguhan untuk bangkit dari kegagalan, juga mendatangkan kekuatan pada seseorang untuk berani menghadapi ketakutan.
Tidak sama halnya seperti kecerdasan otak atau IQ, kecerdasan emosi hadir pada setiap orang dan bisa dikembangkan.
Berikut beberapa tips bagaimana cara mengasah kecerdasan emosi:
  1. Selalu hidup dengan keberanian. Latihan dan berani mencoba hal-hal baru akan memberikan beragam pengalaman dan membuka pikiran dengan berbagai kemungkinan lain dalam hidup.
  2. Selalu bertanggung jawab dalam segala hal. Ini akan menjadi jalan untuk bisa mendapatkan kepercayaan orang lain dan mengendalikan kita untuk tidak mudah menyerah. "being accountable is being dependable"
  3. Berani keluar dari zona nyaman. Mencoba keluar dari zona nyaman akan membuat kita bisa mengeksplorasi banyak hal.
  4. Mengendalikan rasa takut dan mencoba untuk menghadapinya. Melakukan hal ini akan membangun rasa percaya diri dan dapat menjadi jaminan bahwa segala sesuatu pasti ada solusinya.
  5. Bersikap rendah diri. Mau mengakui kesalahan dalam hidup justru dapat meningkatkan harga diri kita.
 
So, kuasailah kecerdasan emosi ANDA!
Karena mengendalikan emosi merupakan salah satu faktor penting yang bisa mengendalikan ANDA menuju sukses dan juga menikmati warna-warni kehidupan. 

# Anne Ahira - Asian Brain Internet Marketing Center (Asian Brain IMC) #

Di Mana Letak Bahagia Anda ?

"Tempat untuk berbahagia itu ada di sini.
Waktu untuk berbahagia itu kini.
Cara untuk berbahagia ialah dengan membuat orang lain berbahagia"
- Robert G. Ingersoll -


Apakah ANDA saat ini merasa bahagia ?
Di mana letak kebahagiaan ANDA sesungguhnya ? Apakah pada moleknya tubuh ? Jelitanya rupa ?  Tumpukan harta ? ...atau barangkali punya mobil mewah dan tingginya jabatan ?
Jika itu semua sudah ANDA dapatkan, apakah ANDA bisa memastikan bahwa ANDA akan bahagia?

Hari ini saya akan mengajak ANDA untuk melihat, kalau limpahan harta tidak selalu mengantarkan pada kebahagiaan .....

Dan ini kisah nyata.....

Ada delapan orang miliuner yang memiliki nasib kurang menyenangkan di akhir hidupnya. Tahun 1923, para miliuner itu berkumpul di Hotel Edge Water Beach di Chicago, Amerika Serikat. Saat itu, mereka adalah kumpulan orang-orang yang sangat sukses di zamannya.
Namun, tengoklah nasib tragis mereka 25 tahun sesudahnya !
Saya akan menyebutnya  satu persatu :

=> Charles Schwab, CEO Bethlehem Steel, perusahaan besi baja ternama waktu itu. Dia mengalami kebangkrutan total, hingga harus berhutang untuk membiayai 5 tahun hidupnya sebelum meninggal.

=> Richard Whitney, President New York Stock Exchange. Pria ini harus menghabiskan sisa hidupnya dipenjara Sing Sing.

=> Jesse Livermore (raja saham "The Great Bear" di Wall Street),  
=> Ivar Krueger (CEO perusahaan hak cipta), 
=> Leon Fraser (Chairman of Bank of International Settlement), 
    ketiganya memilih mati bunuh diri.

=> Howard Hupson, CEO perusahaan gas terbesar di Amerika Utara. Hupson sakit jiwa dan meninggal di rumah sakit jiwa.

=> Arthur Cutton, pemilik pabrik tepung terbesar di dunia, meninggal di negeri orang lain.

=> Albert Fall, anggota kabinet presiden Amerika Serikat, meninggal di rumahnya ketika baru saja keluar dari penjara.

Kisah di atas dan ribuan kisah lain yang tak terekam, merupakan bukti bahwa kekayaan yang melimpah bukan jaminan akhir kehidupan yang bahagia!
Kebahagiaan memang menjadi faktor yang begitu didambakan bagi semua orang. Hampir segala tujuan muaranya ada pada kebahagiaan. Kebanyakan orang baru bisa merasakan hidup jika sudah menemukan kebahagiaan.

Pertanyaannya... di mana kita bisa mencari kebahagiaan?
Apakah di pusat pertokoan?
Salon kecantikan yang mahal?
Restoran mewah? Di Hawaii? di Paris? atau di mana?

Sesungguhnya, kebahagiaan itu tidak perlu dicari kemana-mana, karena ia ada di hati setiap manusia.
Carilah kebahagiaan dalam hatimu!   Telusuri 'rasa' itu dalam kalbumu!
Percayalah, ia tak akan lari kemana-mana...

ANDA ingin tahu bagaimana mendapatkan kebahagiaan setiap hari ?
Berikut adalah beberapa tips yang bisa ANDA lakukan:

1. Mulailah Berbagi !
Ciptakan suasana bahagia dengan cara berbagi dengan orang lain. Dengan cara berbagi akan menjadikan hidup kita terasa lebih berarti.

2. Bebaskan hati dari rasa benci !
Bebaskan pikiran dari segala kekhawatiran, prasangka, marah, iri dan dengki.
Menyimpan rasa benci, marah atau dengki hanya akan membuat hati merasa tidak nyaman dan tersiksa.

3. Murahlah dalam memaafkan !
Jika ada orang yang menyakiti, jangan balik memaki-maki. Mendingan berteriak "Hey ! Kamu sudah saya maafkan!!".
Dengan memiliki sikap demikian, hati kita akan menjadi lebih tenang, dan amarah kita bisa hilang. Tidak percaya? Coba saja !

4. Lakukan sesuatu yang bermakna.
Hidup di dunia ini hanya sementara. Lebih baik ANDA gunakan setiap waktu dan kesempatan yang ada untuk melakukan hal-hal yang bermakna, untuk diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Dengan cara seperti ini maka kebahagiaan ANDA akan bertambah dan bertambah.

5. Jangan terlalu banyak berharap pada orang lain !
Janganlah terlalu menggantungkan kebahagiaan kepada orang lain nanti ANDA akan kecewa.
Ingat, kebahagiaan merupakan tanggung jawab masing-masing, bukan tanggung jawab teman, keluarga, kekasih, atau orang lain.

Lebih baik kita perbanyak harap hanya kepada Tuhan Yang Maha Kasih dan Kaya. Karena Dia-lah yang menciptakan kita, dan Dia-lah yang menciptakan segala 'rasa', termasuk rasa bahagia yang selalu ANDA inginkan.

# Anne Ahira - Asian Brain Internet Marketing Center (Asian Brain IMC)  #

Apa itu PAKEM ?

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenang­kan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif berpikir, bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktekkan konsep yang dipelajari, dan berkreasi. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir aktif, maka pembelajaran tersebut berten­tangan dengan hakikat belajar.
Suatu konsep (misalnya demokrasi, kerjasama, fotosintesa, penjumlahan dan ke­bersihan) yang dijelaskan melalui ceramah sebenarnya sangat sulit dipahami siswa karena konsep tersebut disampaikan secara abstrak. Hal yang abstrak sulit dipaha­mi karena tingkat berfikir anak-anak yang cenderung kongkrit atau mencari bentuk nyata. Jika dalam mengajar guru menggunakan media seperti gambar, film, peraga­an, dan sebagainya maka konsep yang dipelajari menjadi lebih kongkrit (nyata) dan lebih mudah dipahami anak.
Namun, yang paling bisa membuat konsep menjadi kongkrit adalah ketika anak ter­libat dalam pengalaman langsung dan aktif menemukan sendiri dari pengalaman tersebut suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak me­nemukan sendiri makna dari penjumlahan setelah mereka terlibat dalam kegiatan jumlah menjumlah menggunakan benda nyata (kacang merah, batu-batuan, penjepit kertas misalnya). Contoh lain, siswa memahami konsep demokrasi setelah mereka terlibat aktif dalam penerapan prinsip-prinsip demokrasi dan musyawarah dalam keg iatan pemilihan ketua kelas yang dirancang serius oleh guru. Pengalaman nyata dan proses penerapan tersebut memberikan cara bagi mereka untuk membangun pemahaman sendiri secara aktif tentang konsep penjumlahan dan demokrasi.
Edgar Dale (1946)  menunjukkan ada bermacam media atau kegiatan yang bisa dipakai untuk mengajarkan suatu konsep dan hubungannya dengan tingkat kekongkritan konsep yang bisa tersampaikan. Pembelajaran yang ber­gantung hanya pada verbal saja (ceramah, membaca) mengandung tingkat keabstra­kan paling tinggi tapi sebaliknya pembelajaran dengan pengalaman langsung yang membuat siswa aktif menemukan dan menerapkan suatu konsep, memiliki tingkat kekongkritan yang paling tinggi.
Pesan dari bagan Edgar Dale tersebut diperkuat oleh kata-kata Confucius, orang bijak dari Timur, sebagai berikut:
·              Yang saya dengar, saya lupa.
·              Yang saya lihat, saya ingat.
·              Yang saya kerjakan, saya pahami.
Melvin L Silberman penulis 101 Cara Belajar Aktif mendukung juga keaktifan siswa untuk memberikan hasil belajar yang maksimal dengan mengatakan:

  • Yang saya dengar, saya lupa.
  • Yang saya dengar dan lihat, saya ingat.
  • Yang saya dengar, lihat, pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami.
  • Dari yang saya dengarkan, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengeta­huan dan keterampilan.
  • Dari yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.

Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kre­atif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa yang bisa mengoptimalkan potensi diri siswa. Karena dalam PAKEM siswa banyak bekerja dan berbuat maka terdapat banyak kesempatan bagi siswa untuk menghasilkan produk belajar. Pro­duk itu bisa berupa karya seni, jalan keluar terhadap suatu permasalahan, grafik, diagram, tabel, puisi, karangan, pantun, lagu, tarian, model tiga dimensi, dan lain‑lain. Dengan demikian, daya imajinasi dan daya cipta/kreasi siswa bisa berkembang dengan optimal.
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembe­lajaran sehingga waktu curah perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut ha­sil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif. Proses pembelajaran yang efektif menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki se­jumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut :
  • Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
  • Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkit­kan semangat belajar siswa dan membantu siswa membangun pengetahuan dan pemahaman. Cara-cara tersebut diantaranya adalah menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenang­kan, dan cocok bagi siswa. 
  • Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ 
  • Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 
  •  Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa da­lam menciptakan lingkungan sekolahnya. Peran guru lebih sebagai fasilitator daripada penceramah, artinya guru mende­sain kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Se- lama kegiatan pembelajaran, guru tidak lagi hanya berdiri di depan kelas tetapi berkeliling memantau kegiatan siswa dan membantu siswa dalam proses bela­jar.

APA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PAKEM ?



1.  Memahami sifat dasar anak

Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu dan suka berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia—selama mereka normal—terlahir memiliki kedua si­fat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya si­kap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur bagi rasa ingin tahu dan imajinasi tersebut.


2.  Mengenal perbedaan setiap anak

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbe­da. Dalam PAKEM (Pem­belajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan) per­bedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Karena itu semua anak dalam kelas tidak harus selalu menger­jakan kegiatan yang sama, melainkan bisa berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya ketika dia mendapat kesulitan sehingga anak tersebut bisa belajar secara optimal.


3.   Memahami anak sebagai makhluk sosial

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami cenderung melibatkan anak lain dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorga­nisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak da­pat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelom­pok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara pe­rorangan agar bakat individunya berkembang.


4.   Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemam­puan memecahkan masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah sehingga pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Keterampilan pe­mecahan masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif peme­cahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering mungkin memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang ter­buka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika ...” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).


5.    Mengembangkan ruang kelas seba­gai lingkungan belajar yang menye­nang kan

Ruang kelas yang menyenangkan meru­pakan unsur tak terpisahkan dari PAKEM. Dalam kelas yang menerapkan PAKEM, anak-anak banyak belajar melalui bekerja dan berbuat sehingga banyak menghasil­kan produk. Hasil pekerjaan siswa terse- but sebaiknya dipajangkan untuk membuat kelas menjadi hidup dan menarik. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan bisa memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, dia­gram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Guru perlu memastikan bahwa setiap siswa mempunyai karyanya yang dipajangkan. Ruang kelas yang pe­nuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika memba­has suatu masalah.


6.    Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan ling­kungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, meru­muskan pertanyaan, berhipotesis (membuat dugaan), mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.