Dilihat dari sisi sejarah, istilah kurikulum (curriculum)
adalah suatu istilah yang berasal dari bahasa yunani. Pada awalnya istilah ini digunakan untuk dunia
olah raga, yaitu berupa jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari. Pada masa yunani dahutu kata istilah
"kurikulum" digunakan untuk menunjukkan tahapan-tahapan yang dilalui
atau ditempuh oleh seorang pelari dalam perlombaan lari estafet yang dikenal
dalam dunia atletik. Dalam proses lebih
lanjut istilah ini ternyata mengalami perkembangan sehingga penggunaan istilah ini meluas dan
merambah ke dunia pendidikan. Sejauh ini belum diketahui secara pasti kapan
istilah kurikulum masuk ke dunia pendidikan. Demikian pula mengenai tokoh yang berkuasa pada masa itu yang berjasa dalam
mengangkat istilah kurikulum ke dunia pendidikan secara meyakinkan belum
ditemukan dari sumber-sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Agaknya
persoalan ini memerlukan penelitian sejarah kurikulum yang lebih mendalam untuk
melihat lebih jauh mengenai sejarah peristilahan-peristilahan kurikulum yang
dari awalnya telah berkembang pada masa Yunani (Athena).
Dari sisi
etimologi' kata "kurikulum" (curriculum)
terambil dari bahasa latin yang memiliki makna yang sama dengan kata “rarecourse" (gelanggang perlombaan). Kata "curriculum"
dalam bentuk kata kerja yang dalam bahasa latin dikenal dengan istilah “curere” mengandung arti "menjalankan
perlombaan" (running of the race). Sedangkan dari sudut terminologinya,
istilah kurikulum digunakan dalam berbagai versi. Zais menggunakan istilah kurikulum untuk
menunjukkan dua hal yang disebutnya sebagai; (1) rencana pendidikan untuk siswa
(plan for the education of learners) dan (2) lapangan studi (field of study).
Kurikulum
sebagai rencana pendidikan untuk siswa biasa disebut sebagai kurikulum untuk
suatu sekolah. Kurikulum dalam pengertian ini mencakup mata pelajaran yang
tercakup ke dalam lapangan kurikulum (the
curriculum field). Adapun kurikulum sebagai lapangan studi (as a field of study)
oleh para ahli kurikulum diberi batasan sebagai berikut; (1) studi yang
berhubungan dengan struktur substantif dari setiap rnata pelajaran dan (2)
prosedur penyelidikan praksis-praksis yang berhubungan dengan struktur
sintaksis (kurikulum). Lebih jelasnya dapat ditegaskan bahwa kurikulum sebagai
lapangan studi mencakup : (a) mata pelajaran yang disajikan dalam kurikulum,
dan (b) proses-proses mata pelajaran yang berhubungan dengan perubahan dan
pengembangan kurikulum.
Kurikulum
sebagai lapangan studi dapat dilihat akarnya pada gerakan pengikut-pengikut Herbart pada akhir abad 19 M. Johan
Friedrich Herbart (1776-1841) , seorang filsuf berkebangsaan Jerman yang mempunyai gagasan-gagasan
pendidikan yang cukup luas pengaruhnya dan diterima oleh masyarakat Amerika
Serikat pada akhir pertengahan abad 19. Teori-teori Herbart tentang pengajaran
dan pembelajaran telah menuntut perhatian serius berbagai kalangan di Amerika
untuk melakukan pilihan-pilihan dan pengorganisasian mata pelajaran.
Gerakan-gerakan
dari pengikut Herbart ini berhasil memperlihatkan kesadaran dan minat yang
tinggi terhadap isi kurikulum pendidikan di Amerika, yang oleh Kliebard (1968) sebagaimana dikutip oleh
Zais dalam Hasibuan (2010), menyebutkan
bahwa sejak abad ini kurikulum telah menjadi isu pendidikan yang populer di Amerika.
Dalam
perkembangan lebih lanjut, peristiwa-peristiwa penting dalam pendidikan
dilakukan oleh sejumlah pihak, sehingga minat untuk membicarakan kurikulum pun
semakin tumbuh secara intensif. Apalagi setelah didirikannya suatu komite yang
dikenal dengan nama Komite Sepuluh (The Committee
of Ten) oleh Presiden Harvard, Charles
W. Elliot. Komite ini memberikan laporan pendidikan yang begitu mengagumkan
pada tahun 1893. Laporan ini menjadi isu penting pendidikan yang benar-benar
menonjol pada tahun tersebut. Selanjutnya untuk dua dekade terakhir, keberadaan
komite menjadi lebih kuat karena dapat memberikan pengaruh terhadap berdirinya
organisasi yang memberikan perhatian serius terhadap pendidikan.
Kehadiran
organisasi- organisasi ini semakin menunjukkan pentingnya pembicaraan-pembicaraan
yang berhubungan dengan persoalan isi dan organisasi kurikulum. Dalam waktu yang
sama John Dewey melakukan pula percobaan-percobaan untuk
mengembangkan inovasi di sekolah laboratorium terkenal di Universitas chicago. Kendatipun
perhatian yang dipusatkan pada isu kurikulum sudah ada pada saat itu, namun dilihat
dari sisi individu yang benar-benar memberikan perhatian khusus kepada kurikulum
belum ada pada waktu itu, sehingga pemikiran ke arah tenaga spesialis kurikulum
pun belum muncul pada waktu itu.
Pemikiran ke
arah tenaga spesialis kurikulum baru muncul sesudah tahun 1918, yaitu ketika diterbitkannya
buku pertama yang membahas tentang kurikulum oleh Franklin Bobbitt, berjudul "The Curriculum". Lahirnya
karya di atas menjadi awal munculnya kebutuhan untuk memunculkan tenaga-tenaga
spesialis kurikulum yang menjadikan kurikulum sebagai Lapangan studi. Karya
Bobbitt kemudian diikuti oleh munculnya karya-karya lain yang berbicara secara
khusus dalam bidang kurikulum.
Beberapa
buku kurikulum lainnya diterbitkan oleh para teorisi dan praktisi pendidikan di
mana mereka telah berpikir sebagai seorang tenaga spesialis kurikulum. Mereka
ini antara lain adalah W.W. Charters
dari Universitas Ohio yang menerbitkan buku yang berjudul "Curriculum Construction" (Konstruksi
Kurikulum) pada tahun 1923. Demikian juga pada tahun berikutnya, buku berjudul
"How Ta Make A Curriculum"
merupakan karya besar kedua yang ditulis oleh Bobbitt.
Dalam tahun
1926 perkumpulan masyarakat nasional (The
National Society) Amerika yang bergerak dalam pendidikan menerbitkan buku
dalam bentuk review 685 halaman, berisi tinjauan ulang tentang perkembangan
kurikulum, dan diberi judul “The Foundation
and Technique of Curriculum Construction". Dua dari bagian buku
tahunan yang dipublikasikan oleh perkumpulan masyarakat nasional ini, disiapkan
oleh sebuah komite yang terdiri dari para sarjana kurikulum. Komite ini
diketuai oleh Harold Rugg , beranggotakan
antara lain : Franklin Bobbitt, W.W.Charters
, dan Charles Judd.
Sejak masa
ini kurikulum telah menjadi lapangan studi yang dalam perkembangan lebih lanjut
mengalami variasi. Ada yang menyebutnya dengan istilah "Curriculum Conscious” dengan memuat
program-program revisi kurikulum dalam sistem sekolah. Denver misalnya dalam
tahun 1922 menggulirkan studi kurikulum dengan mengangkat tema "Rencana Perbaikan
Kurikulum". Demikian pula St. Louis dalam tahun 1925 menarik perhatian
masyarakat nasional Amerika, karena kajian kurikulum yang berhubungan dengan
program revisi komprehensif. Kajian ini telah melibatkan beratus-ratus tenaga
pengajar dan juga kelompok besar dari tenaga konsultan kurikulum. Proyek ini
secara keseluruhan telah berhasil mendorong berkembangnya komunitas pendidikan
pada masa-masa selanjutnya.
Referensi :
Hasibuan, Lias. 2010. Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan. Jakarta : Gaung Persada (GP Press)
thanks
BalasHapusMksh
BalasHapus