About Me

Foto saya
Surabaya, Jawa Timur, Indonesia

Rabu, Desember 28, 2011

Apa itu PAKEM ?

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenang­kan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif berpikir, bertanya, mempertanyakan, mengemukakan gagasan, bereksperimen, mempraktekkan konsep yang dipelajari, dan berkreasi. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir aktif, maka pembelajaran tersebut berten­tangan dengan hakikat belajar.
Suatu konsep (misalnya demokrasi, kerjasama, fotosintesa, penjumlahan dan ke­bersihan) yang dijelaskan melalui ceramah sebenarnya sangat sulit dipahami siswa karena konsep tersebut disampaikan secara abstrak. Hal yang abstrak sulit dipaha­mi karena tingkat berfikir anak-anak yang cenderung kongkrit atau mencari bentuk nyata. Jika dalam mengajar guru menggunakan media seperti gambar, film, peraga­an, dan sebagainya maka konsep yang dipelajari menjadi lebih kongkrit (nyata) dan lebih mudah dipahami anak.
Namun, yang paling bisa membuat konsep menjadi kongkrit adalah ketika anak ter­libat dalam pengalaman langsung dan aktif menemukan sendiri dari pengalaman tersebut suatu konsep yang menjadi tujuan pembelajaran. Misalnya, anak-anak me­nemukan sendiri makna dari penjumlahan setelah mereka terlibat dalam kegiatan jumlah menjumlah menggunakan benda nyata (kacang merah, batu-batuan, penjepit kertas misalnya). Contoh lain, siswa memahami konsep demokrasi setelah mereka terlibat aktif dalam penerapan prinsip-prinsip demokrasi dan musyawarah dalam keg iatan pemilihan ketua kelas yang dirancang serius oleh guru. Pengalaman nyata dan proses penerapan tersebut memberikan cara bagi mereka untuk membangun pemahaman sendiri secara aktif tentang konsep penjumlahan dan demokrasi.
Edgar Dale (1946)  menunjukkan ada bermacam media atau kegiatan yang bisa dipakai untuk mengajarkan suatu konsep dan hubungannya dengan tingkat kekongkritan konsep yang bisa tersampaikan. Pembelajaran yang ber­gantung hanya pada verbal saja (ceramah, membaca) mengandung tingkat keabstra­kan paling tinggi tapi sebaliknya pembelajaran dengan pengalaman langsung yang membuat siswa aktif menemukan dan menerapkan suatu konsep, memiliki tingkat kekongkritan yang paling tinggi.
Pesan dari bagan Edgar Dale tersebut diperkuat oleh kata-kata Confucius, orang bijak dari Timur, sebagai berikut:
·              Yang saya dengar, saya lupa.
·              Yang saya lihat, saya ingat.
·              Yang saya kerjakan, saya pahami.
Melvin L Silberman penulis 101 Cara Belajar Aktif mendukung juga keaktifan siswa untuk memberikan hasil belajar yang maksimal dengan mengatakan:

  • Yang saya dengar, saya lupa.
  • Yang saya dengar dan lihat, saya ingat.
  • Yang saya dengar, lihat, pertanyakan atau diskusikan dengan orang lain, saya mulai pahami.
  • Dari yang saya dengarkan, lihat, bahas, dan terapkan, saya dapatkan pengeta­huan dan keterampilan.
  • Dari yang saya ajarkan pada orang lain, saya kuasai.

Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kre­atif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa yang bisa mengoptimalkan potensi diri siswa. Karena dalam PAKEM siswa banyak bekerja dan berbuat maka terdapat banyak kesempatan bagi siswa untuk menghasilkan produk belajar. Pro­duk itu bisa berupa karya seni, jalan keluar terhadap suatu permasalahan, grafik, diagram, tabel, puisi, karangan, pantun, lagu, tarian, model tiga dimensi, dan lain‑lain. Dengan demikian, daya imajinasi dan daya cipta/kreasi siswa bisa berkembang dengan optimal.
Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang jauh dari rasa bosan dan takut sehingga siswa dapat memusatkan perhatiannya secara penuh pada pembe­lajaran sehingga waktu curah perhatiannya pada pembelajaran tinggi. Menurut ha­sil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif. Proses pembelajaran yang efektif menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki se­jumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.

Secara garis besar, PAKEM dapat digambarkan sebagai berikut :
  • Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat.
  • Guru menggunakan berbagai alat bantu dan berbagai cara dalam membangkit­kan semangat belajar siswa dan membantu siswa membangun pengetahuan dan pemahaman. Cara-cara tersebut diantaranya adalah menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenang­kan, dan cocok bagi siswa. 
  • Guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ 
  • Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. 
  •  Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkan siswa da­lam menciptakan lingkungan sekolahnya. Peran guru lebih sebagai fasilitator daripada penceramah, artinya guru mende­sain kegiatan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Se- lama kegiatan pembelajaran, guru tidak lagi hanya berdiri di depan kelas tetapi berkeliling memantau kegiatan siswa dan membantu siswa dalam proses bela­jar.

APA YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM MELAKSANAKAN PAKEM ?



1.  Memahami sifat dasar anak

Pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu dan suka berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia—selama mereka normal—terlahir memiliki kedua si­fat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya si­kap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat anugerah Tuhan tersebut. Suasana pembelajaran yang ditunjukkan dengan guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur bagi rasa ingin tahu dan imajinasi tersebut.


2.  Mengenal perbedaan setiap anak

Para siswa berasal dari lingkungan keluarga yang bervariasi dan memiliki kemampuan yang berbe­da. Dalam PAKEM (Pem­belajaran Aktif, Efektif dan Menyenangkan) per­bedaan individual perlu diperhatikan dan harus tercermin dalam kegiatan pembelajaran. Karena itu semua anak dalam kelas tidak harus selalu menger­jakan kegiatan yang sama, melainkan bisa berbeda sesuai dengan kecepatan belajarnya. Anak-anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya). Dengan mengenal kemampuan anak, kita dapat membantunya ketika dia mendapat kesulitan sehingga anak tersebut bisa belajar secara optimal.


3.   Memahami anak sebagai makhluk sosial

Sebagai makhluk sosial, anak sejak kecil secara alami cenderung melibatkan anak lain dalam bermain. Perilaku ini dapat dimanfaatkan dalam pengorga­nisasian belajar. Dalam melakukan tugas atau membahas sesuatu, anak da­pat bekerja berpasangan atau dalam kelompok. Berdasarkan pengalaman, anak akan menyelesaikan tugas dengan baik bila mereka duduk berkelom­pok. Duduk seperti ini memudahkan mereka untuk berinteraksi dan bertukar pikiran. Namun demikian, anak perlu juga menyelesaikan tugas secara pe­rorangan agar bakat individunya berkembang.


4.   Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kemam­puan memecahkan masalah

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menghadapi masalah sehingga pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Keterampilan pe­mecahan masalah memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah dan kreatif untuk melahirkan alternatif peme­cahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya, antara lain dengan sesering mungkin memberikan tugas atau mengajukan pertanyaan yang ter­buka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata-kata “Apa yang terjadi jika ...” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata-kata “Apa, berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).


5.    Mengembangkan ruang kelas seba­gai lingkungan belajar yang menye­nang kan

Ruang kelas yang menyenangkan meru­pakan unsur tak terpisahkan dari PAKEM. Dalam kelas yang menerapkan PAKEM, anak-anak banyak belajar melalui bekerja dan berbuat sehingga banyak menghasil­kan produk. Hasil pekerjaan siswa terse- but sebaiknya dipajangkan untuk membuat kelas menjadi hidup dan menarik. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan bisa memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar, peta, dia­gram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Guru perlu memastikan bahwa setiap siswa mempunyai karyanya yang dipajangkan. Ruang kelas yang pe­nuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa dan ditata dengan baik, dapat membantu guru dalam KBM karena dapat dijadikan rujukan ketika memba­has suatu masalah.


6.    Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar
Lingkungan (fisik, sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan ling­kungan sebagai sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu. Pemanfaatan lingkungan dapat mengembangkan sejumlah keterampilan seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, meru­muskan pertanyaan, berhipotesis (membuat dugaan), mengklasifikasikan, membuat tulisan, dan membuat gambar/diagram.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar